Haruskah kasih itu bergelar memiliki?
Sengaja kutuliskan ini dikala imajiku sedang melayang terbang tak menentu.
Selamat datang kembali di dunia bisuku. Dunia yang menyimpan lebih banyak makna yang tak sempat kututurkan karena waktu. Ada sebuah asa yang sengaja kujamahkan dalam setiap doa kala malam menemui sang bulan dan kala bintang tertunduk sendirian dalam arti kiasan.
Baiklah, kembali lagi pada topik bahasan awal.Pernah mendengar cinta bukan? Yah, kupikir itu bukan makanan asing lagi bagimu. Nampaknya kau sudah terlalu sering mengecap rasa itu dalam bagian manapun lidahmu. Lalu, bisakah kau menjelaskan bagaimana rasa tepatnya padaku? Aku ingin tahu, sungguh.
Jika sudah begitu, berapa lelaki yang harus kau pacari hingga kau mengerti dengan sepenuh hati? Dan apakah untuk mengerti itu berarti kau harus bergerak pada langkah bernama pacaran? Sudahlah, aku tak ingin membuat semua itu lebih rumit adanya.
Yang kutahu, saat kau berada di dekat lelakimu, kau pasti akan mengemas semuanya menjadi lebih baik dan sempurna. Apakah dengan begitu juga lelakimu akan mencintaimu dengan apa adanya? Kalau tak berhasil mengemas semuanya dengan baik, lalu lelaki mu itu berpaling pada seseorang dibalik tirai, apa yang bisa kau katakan?
Semua ini memang kodrati adanya. Hanya perlu lebih memahami lebih dalam setiap hikmah yang terselip dalam setiap kejadian.
Jangan mengadakan yang tiada kalau membuat yang ada menjadi lebih baik saja, tidak bisa.
Selamat datang kembali di dunia bisuku. Dunia yang menyimpan lebih banyak makna yang tak sempat kututurkan karena waktu. Ada sebuah asa yang sengaja kujamahkan dalam setiap doa kala malam menemui sang bulan dan kala bintang tertunduk sendirian dalam arti kiasan.
Baiklah, kembali lagi pada topik bahasan awal.Pernah mendengar cinta bukan? Yah, kupikir itu bukan makanan asing lagi bagimu. Nampaknya kau sudah terlalu sering mengecap rasa itu dalam bagian manapun lidahmu. Lalu, bisakah kau menjelaskan bagaimana rasa tepatnya padaku? Aku ingin tahu, sungguh.
Jika sudah begitu, berapa lelaki yang harus kau pacari hingga kau mengerti dengan sepenuh hati? Dan apakah untuk mengerti itu berarti kau harus bergerak pada langkah bernama pacaran? Sudahlah, aku tak ingin membuat semua itu lebih rumit adanya.
Yang kutahu, saat kau berada di dekat lelakimu, kau pasti akan mengemas semuanya menjadi lebih baik dan sempurna. Apakah dengan begitu juga lelakimu akan mencintaimu dengan apa adanya? Kalau tak berhasil mengemas semuanya dengan baik, lalu lelaki mu itu berpaling pada seseorang dibalik tirai, apa yang bisa kau katakan?
Semua ini memang kodrati adanya. Hanya perlu lebih memahami lebih dalam setiap hikmah yang terselip dalam setiap kejadian.
Jangan mengadakan yang tiada kalau membuat yang ada menjadi lebih baik saja, tidak bisa.
Komentar