Postingan

Rumpang

Gurat senyummu perlahan ditelan waktu, atau mungkin ia telah sirna semenjak beberapa tahun lalu Tenang, coba sejenak saja tenangkan dirimu Ambillah beberapa jarak jika kau perlu Kemarin, aku berharap akan menemui kau yang berbahagia Namun justru semburat luka yang terpancar dari kedua matamu Masihkah bayang itu menyelinap dalam pikirmu? Semasif itukah ia hingga terus mengikuti langkah kaki kecilmu? Sudahlah, cukupkan dulu semua Hari ini kau berhak bahagia dan tertawa Walau dia telah pergi tanpa satu kata permisi Ikhlaskanlah, biarkan dia menemukan jalannya sendiri

Biar Rindu

Biar rindu tersekat diam, lamat-lamat dieja perlahan. Biar rindu diterbangkan angan, menyapa dia yang memiliki harapan. Biar rindu terbungkam, berlari-lari mencari jawaban. Biar rindu mengejar kamu, yang menyublim menghindari temu. Biar rindu memeluk kenangan, yang dengan anggun menari pada tiap pikiran. Biar rindu menjadi predikat dan kamu adalah objek, sedang aku lah subjek nya.

Kenangan yang telah usang

Dari balik sinaran mentari yang tersingkap Pagi menyapa pelan Melupakan nyanyian bimbang semalam Ada gurat senyum terpancar dari wajahnya yang semula pucat Ada usaha besar yang kubaca dari sorot matanya Ia mencoba bangun Bergegas hendak meraih tas gendongnya "Mau kemana?", kataku membuka percakapan Sunyi, tak ada jawaban. Ia masih sibuk dengan beberapa peralatan yang nyaris kelupaan karena ada di dalam lemari tua Ku lihat ia melipat kertas yang tak kalah usang daripada bajunya "Aku harus pergi.", ujarnya menjawab pertanyaanku. Otakku sudah menangkap sinyal itu sebelum dia akhirnya berkata Aku tau benar kemana dia akan pergi Hingga akhirnya kulihat bayang nya hilang di ujung pintu, langkah kaki nya tak lagi tertangkap oleh gendang telingaku Aku tak bisa mencegahnya lagi Ia telah pergi Meninggalkan kenangan yang akan menjadi usang, karena termakan zaman Menyisakan ingatan yang menjadi tanya, karena tergerus keadaan

Menggenggam Sepi

Bersama sunyi Berdiri sendiri Menyingkap ilusi Menggenggam sepi Terbata menata hati Hendak kemana pergi Jika tercipta beribu imaji

Ekspektasi

Aku adalah pengelana, yang akan terus berusaha menjelajahi pikirmu, memaknai setiap gerikmu. Aku terasing di duniaku yang tak lagi bisu. Terkungkung dalam deru angin pencipta lirih. Rutinitas itu belakangan ku tekuni. Entahlah, kekaguman begitu saja terkait pada pengamatan. Aku ingin, tapi keadaan membungkam langkah. Ekspektasi membukakan jalan untuk harapan. Namun kenyataan memutus begitu saja semua harapan itu.

Hujan

Kau tahu hujan? Aku juga selalu memujanya diam-diam Setelah kekagumanku terhadap senja, tentu saja Pagi ini ia menyapa ku dengan lembut lewat sentuhan rintiknya Mendekapku erat hingga aku tak dapat bergerak Aku diam Berbahasa lewat hati Melibatkan beberapa pikir yang tetiba mencuat muncul ke permukaan tanya Ada sebuah rasa yang disimpan hujan Namun hujan tak pernah jera dalam menjaga Ia bertahan layaknya posisi nya semula Tak sedikit pun bergerak, alih-alih berpaling Ku pikir, mungkin ia memiliki percaya Sehingga tak ada yang mampu merobohkan segala benteng keyakinannya Aku banyak belajar (lagi) dari cara nya menuturkan maksud hari ini Kesejukannya tertuang begitu tenang dalam tiap jiwa Hujan yang meneduhkan dan selalu dirindukan..

Rindu (lagi)

Lagi-lagi rindu.. Lagi-lagi sendu.. Kenapa rindu acap kali menyuguhkan sendu? Pun bahkan jika yang dirindukan adalah orang terkasihmu. Lagi-lagi rindu.. Lagi-lagi semu.. Langit cerahku dengan cepat me-mimikri-kan warnanya, setelah mendapatiku yang sedang merindu. Lagi-lagi rindu.. Lagi-lagi harus menunggu.. Menunggu kedatangan sang waktu, yang konon katanya sangat berpengaruh besar pada kemungkinan pertemuan aku dan kamu. Lagi-lagi rindu.. Lagi-lagi berteman pilu.. Tanpa kusadari, rindu ku akan berujung pilu jika tak segera ku temukan senyum dan sorot mata tajammu. Lagi-lagi rindu.. Lagi-lagi kamu.. Ketika aku terbangun dari tidurku, aku mendapati seorang berwajah lesu. Ketika ku tanya mengapa, hatinya menjawab, bahwa ia mendapati dirinya yang sedang merindu. Merindu serindu-rindunya, akan kehadiran kamu.