Kuharap tak ada yang salah dari sebuah pertemuan
Dan deru angin itu masih terus membujukku untuk memasuki bilik yang berbeda dari tempatku kini
Seakan ada keresahan yang teramat sangat dari sebuah naluri pahit
Hah, lagi-lagi harus ada pertemuan!
Dan apa kau tau?
Orang yang kutemui itu.... adalah dia yang beberapa kali memasuki pikiranku tanpa permisi sedikit pun..
Jadi bisakah kau menyimpulkan orang macam apakah dia itu?
Bak langit merona aurora jingga di tebaran bintang
Aku tak lagi samar memandangi dan membayangkan kehadirannya yang nyata
Atau mungkin aku baru saja menaruh terlalu banyak harap yang membuatku mengatakan kehadiranmu itu "NYATA"
Baiklah, ku akui.
Aku memang pengharap dan pemimpi handal. Dan kau adalah objek dari semua itu kini.
Ya tentu saja bukan melulu tentangmu, karena hidupku berprinsip pada hal yang ada di depan sana.
Hanya saja, kau mendadak menjadi satu yang ku eja dalam beberapa kalimat-kalimat berantakan yang tak pernah orang mengerti.
Kuharap tak ada yang salah dari sebuah pertemuan..
Jika ada yang salah pun, aku bingung harus menyalahkan siapa.
Tuhan, katamu? Aku tak seberani itu menyalahkan dan memaki Zat yang telah membiarkan aku menghirup udara segar di dunia.
Pernah ku baca dalam suatu buku,
Hingga beberapa jiwa yang mencintai dan mengagumi diam-diam dibuatnya rapuh.
Pertemuanlah yang membuatku begini.
Pertemuanlah yang mengajariku untuk tetap menunggu, selama apapun itu..
Dan pertemuanlah yang mengajariku.....
Untuk bersabar, untuk mengerti dan untuk memahami..
Jadi kupikir tak ada yang perlu disalahkan dari sebuah pertemuan.
Dan kebersamaan yang terlanjur dan tak sengaja terjalin biarlah menjadi senyum pengantar tidurku bila aku sedang mengingat kembali momentum itu.
Aku tak pernah tau apa yang akan terjadi setelah ini..
Karena ada Zat yang menentukan dan Maha Menentukan..
Tapi mau bagaimana akhirnya,
Seakan ada keresahan yang teramat sangat dari sebuah naluri pahit
Hah, lagi-lagi harus ada pertemuan!
Dan apa kau tau?
Orang yang kutemui itu.... adalah dia yang beberapa kali memasuki pikiranku tanpa permisi sedikit pun..
Jadi bisakah kau menyimpulkan orang macam apakah dia itu?
Bak langit merona aurora jingga di tebaran bintang
Aku tak lagi samar memandangi dan membayangkan kehadirannya yang nyata
Atau mungkin aku baru saja menaruh terlalu banyak harap yang membuatku mengatakan kehadiranmu itu "NYATA"
Baiklah, ku akui.
Aku memang pengharap dan pemimpi handal. Dan kau adalah objek dari semua itu kini.
Ya tentu saja bukan melulu tentangmu, karena hidupku berprinsip pada hal yang ada di depan sana.
Hanya saja, kau mendadak menjadi satu yang ku eja dalam beberapa kalimat-kalimat berantakan yang tak pernah orang mengerti.
Kuharap tak ada yang salah dari sebuah pertemuan..
Jika ada yang salah pun, aku bingung harus menyalahkan siapa.
Tuhan, katamu? Aku tak seberani itu menyalahkan dan memaki Zat yang telah membiarkan aku menghirup udara segar di dunia.
Pernah ku baca dalam suatu buku,
Mau kubilang lantang, atau kupendam dalam diam.....
Tetap saja kesebut (dia) cinta.Puitis benar orang yang merangkai kata seapik itu.
Hingga beberapa jiwa yang mencintai dan mengagumi diam-diam dibuatnya rapuh.
Pertemuanlah yang membuatku begini.
Pertemuanlah yang mengajariku untuk tetap menunggu, selama apapun itu..
Dan pertemuanlah yang mengajariku.....
Untuk bersabar, untuk mengerti dan untuk memahami..
Jadi kupikir tak ada yang perlu disalahkan dari sebuah pertemuan.
Dan kebersamaan yang terlanjur dan tak sengaja terjalin biarlah menjadi senyum pengantar tidurku bila aku sedang mengingat kembali momentum itu.
Aku tak pernah tau apa yang akan terjadi setelah ini..
Karena ada Zat yang menentukan dan Maha Menentukan..
Tapi mau bagaimana akhirnya,
Tetap saja kusebut (dia) cinta.
Komentar