Bolehkah aku?
Hai, selamat malam..
Kuharap kau dapat menikmati keindahan yang telah Tuhan berikan secara berlimpah kepada siapapun, termasuk dirimu sendiri.
Apa kabar? Sudah lama tak bersua dan mendengar kabarmu. Apa kamu tetaplah kamu yang dulu? Atau bahkan sudah berubah menjadi lelaki idaman yang hendak dicari kebanyakan wanita-wanita yang mungkin saat ini sedang sendiri. Haha, pasti lucu membayangkan ekspresimu yang sedang dikejar-kejar oleh para penggemarmu.
Oya, maaf tadi hanya sekedar basa-basi saja untuk mengawali rentetan kalimat ku yang akan lebih membosankan daripada itu. Perkenalkan, aku adalah orang yang sempat kau titipkan setengah keping dari hatimu dulu. Aku adalah orang yang dulu "sempat" benar-benar menjaga amanahmu itu. Ah, sudah lama memang.
Sekali lagi maaf, jika harus membuatmu membuka kembali lembaran buku-buku lusuh yang sudah kau singkirkan kedalam kardus di loteng rumahmu. Aku hanya ingin bercerita, dan kuharap kau mau mendengarkannya. Hanya membaca dan mendengarkan. Kalau tak mau, tak usah libatkan hatimu.
Jika aku memang bukan lagi pilihanmu.
Jika aku memang bukan lagi wanita yang kau puja-puji dalam syair maupun sajakmu.
Jika aku bukan lagi alasan dari tawa dan tangismu.
Jika aku bukan lagi orang yang kau harapkan setiap malamnya hadir di dalam mimpi indahmu.
Dan jika aku bukan lagi tempat kau menyandarkan segala bebanmu.... Bolehkah aku?
Bolehkah aku menatap kembali pendar sinarmu yang dulu menerangi malam bak rembulan purnama penuh di pertengahan bulan? Sejenak saja....
Bolehkah aku melihat kembali sesosok dirimu yang kini telah menghilang bak jarum yang harus kutemukan di setumpuk jerami? Izinkan ya...
Bolehkah aku mendapatkan senyum yang sama saat aku masih bersamamu?
Atau setidaknya, bolehkah aku mengetahui sedikit saja tentang kehidupan dan karir mu saat ini?
Waktu memang telah mengubah aku dan kamu menjadi terpisah. Waktu juga yang membuat aku dan kamu di tempat asing yang saat ini memaksa kita untuk beradaptasi dan memulai semuanya lagi dari awal. Jangan takut, aku tetap berdiri di tempat biasa. Kau bisa menemuiku kapan saja. Oya, jangan lupa, bahwa aku akan tetap menjadi sebagian dari dirimu. Karna hati yang dulu sempat kau titipi padaku, masih tersisa beberapa bongkah lagi. Silahkan saja jika kau ingin mengambilnya kembali.
Selamat juga untuk dia yang berhasil menempati tahta ku dulu. Semoga kamu dan dia akan selalu menjadi apa yang dulu sempat kita impikan.
Salam rindu dari bilik jendela kamarku.
Kuharap kau dapat menikmati keindahan yang telah Tuhan berikan secara berlimpah kepada siapapun, termasuk dirimu sendiri.
Apa kabar? Sudah lama tak bersua dan mendengar kabarmu. Apa kamu tetaplah kamu yang dulu? Atau bahkan sudah berubah menjadi lelaki idaman yang hendak dicari kebanyakan wanita-wanita yang mungkin saat ini sedang sendiri. Haha, pasti lucu membayangkan ekspresimu yang sedang dikejar-kejar oleh para penggemarmu.
Oya, maaf tadi hanya sekedar basa-basi saja untuk mengawali rentetan kalimat ku yang akan lebih membosankan daripada itu. Perkenalkan, aku adalah orang yang sempat kau titipkan setengah keping dari hatimu dulu. Aku adalah orang yang dulu "sempat" benar-benar menjaga amanahmu itu. Ah, sudah lama memang.
Sekali lagi maaf, jika harus membuatmu membuka kembali lembaran buku-buku lusuh yang sudah kau singkirkan kedalam kardus di loteng rumahmu. Aku hanya ingin bercerita, dan kuharap kau mau mendengarkannya. Hanya membaca dan mendengarkan. Kalau tak mau, tak usah libatkan hatimu.
Jika aku memang bukan lagi pilihanmu.
Jika aku memang bukan lagi wanita yang kau puja-puji dalam syair maupun sajakmu.
Jika aku bukan lagi alasan dari tawa dan tangismu.
Jika aku bukan lagi orang yang kau harapkan setiap malamnya hadir di dalam mimpi indahmu.
Dan jika aku bukan lagi tempat kau menyandarkan segala bebanmu.... Bolehkah aku?
Bolehkah aku menatap kembali pendar sinarmu yang dulu menerangi malam bak rembulan purnama penuh di pertengahan bulan? Sejenak saja....
Bolehkah aku melihat kembali sesosok dirimu yang kini telah menghilang bak jarum yang harus kutemukan di setumpuk jerami? Izinkan ya...
Bolehkah aku mendapatkan senyum yang sama saat aku masih bersamamu?
Atau setidaknya, bolehkah aku mengetahui sedikit saja tentang kehidupan dan karir mu saat ini?
Waktu memang telah mengubah aku dan kamu menjadi terpisah. Waktu juga yang membuat aku dan kamu di tempat asing yang saat ini memaksa kita untuk beradaptasi dan memulai semuanya lagi dari awal. Jangan takut, aku tetap berdiri di tempat biasa. Kau bisa menemuiku kapan saja. Oya, jangan lupa, bahwa aku akan tetap menjadi sebagian dari dirimu. Karna hati yang dulu sempat kau titipi padaku, masih tersisa beberapa bongkah lagi. Silahkan saja jika kau ingin mengambilnya kembali.
Selamat juga untuk dia yang berhasil menempati tahta ku dulu. Semoga kamu dan dia akan selalu menjadi apa yang dulu sempat kita impikan.
Salam rindu dari bilik jendela kamarku.
Komentar